Jumat, 02 Januari 2009

Gereja Kaum Aboriginkah?

Ternyata setelah saya datangi gereja ini, tidak banyak orang asli Aborigin, tidak lebih dari 10 %, yang juga katanya sudah pranakan, dengan suku eropa atau asia. Konon mereka tidak bisa mengikuti misa atau "budaya modern". Mereka amsih tinggal di hutan atau emperan toko. Kalaupun ada rumah yang disediakan pemerintah, umumnya tidak membuat mereka betah. Kemungkinan dari sini teori Darwin. Bagian dahi mereka menonjol dan kepalanya kecil, perut besar dan kaki sangat kecil, tidak sebanding. Munutaran orang, asli orang Aborigin, sopan, tidak mengganggu dan pemalu. Nah yang sudah campuran itulah yang membuat keonaran. Minuman keras menjadi cara hidup mereka, setiap minggu setelah meneria gaji dari pemerintah dihabiskan untuk minuman keran. Anak anak yang di tiutipkan belajar di Zending dan Misi, harus dijaga, kalau tidak ia "terbang" kembali ke habitatnya. Sungguh tugas yang teramat berat bagi rakyat dan pemerintah Australia.
Santo Martin de Porres adalah pelindung Krismaku.
Wanita ini sedang mengikuti misa dari luar gereja. Di halaman ia memandang ke altar sambil mengisap rokok. Mungkin kemampuannya hanya sampai disitu.
Sekelompok Suku Aborigin, mungkin sudah campuran. Menyendiri, minderkah? atau merasa tidak sedunia dengan saudara seiman yang lain?


Ada seorang anak cacat mental aborigin, di pelihara dan di rawat oleh panti asuhan. Di gereja ini, imamnya beraksen Jerman.

Ini pertanyaan besar yang mengusik saya. Minat besar untuk mengikuti misa di sini. Pertanyaanku mengapa harus ada gereja khusus untuk suku Aborigin yang jaraknya hanya 70 puluhan meter dari gereja Katolik yang lain?. Bukankah sesama manusia dan umat sebaiknya bersama sama saja? Ternyata lain kondisinya....

1 komentar:

Unknown mengatakan...

wow ternyata d australia menjadi ironi tersendiri antara penduduk asli dan pendatang :o